Sabtu, 12 Februari 2011

Cerpen "A Problem"

"Drrt. . .drrt. .drrt. ." hp ku bergetar mengguncangkan meja yang sedang ku gunakan untuk mengerjakan remid. Temanku bergumam keras menyeru agar aku segera mengambil hpku agar tak mengganggu mereka yang memang sedang mencontek padaku.
Aku melihat kelayar hp,,ternyata ada telepon. Tertulis "bu Ati.teman ayah." Dengan segera aku mengangkatnya. .

"assalamu'alaikum. ." sapaku ramah
"wa'alaikumsalam.
"Dek,,ayah ada ?"tanya bu Ati lembut dan agak terburu-buru
"ya bu. Ada dirmah. Tapi saya sedang disekolah. Ibu coba telepon kaka atau adik saya saja."
"oh. Begitu. Baiklah. Terimakasih ya dek."
"ya bu. Sama-sama."
"wassalamu'alaikum"
"wa'alaikumsalam." aku menutup telepon setelah memastikan bu Ati menutupnya terlebih dahulu.
Ahh. Psti bu Ati ingin meminta bantuan ayah. Aku pun segera mengetik sms ke kaka dan adik ku untuk memberitahukan bahwa bu Ati teman ayah telepon dan ingin meminta bantuan ayah. Setelah yakin terkirim, aku kembali mengerjakan remid.

*
Rasa'a lelah sekali menjalani hari ini disekolah. Ingin aku tidak remid 1 pun, biar aku bisa tidur pulas dirumah. Bermimpi indah, meninggalkan sejenak keluh kesah. Aku membaringkan tubuhku dikasur kecilku. Memeluk bantal guling sambil berkutat dengan hpku.
Dan lalu ayah datang menghampiri. .

"Tasya. .tadi bu Ati tlp ?" tanya ayah dengan nada tak enak, sedikit marah.
"iya. Kan aku udah sms ke ka Rama dan Nana. Aku juga udah bilang bu Ati buat tlp mereka. Soal'a kan aku disekolah yah."
"memang jam berapa bu Ati tlp ?"
"jam setengah 9 yah. Abis nutup tlp aku langsung sms kok ke ka Rama dan Nana."
"ya. Tapi nana baru bilangnya jam 10. Apalagi Rama, jam 11. Pas ayah kesana ternyata bu Ati udah pergi. Lagian si Nana, udah tau ayah dirmah malah cari diluar, si Rama lagi tidur mulu. Gu heran punya anak kaya gini. Yang 1 maen mulu, yang 1 tidur mulu, yang 1 pemalasan. Ga ada yang berguna. Gara-gara kalian ayah ga dapat kerjaan itu. Padahal itu buat makan kalian besok !"
"mungkin belum rezeki yah." ucapku
Nana diam. Lalu ia mlai bicara tanpa mengalihkan pandanganyaa ke layar tv.
"Nana tuh kan udah bilang ke ayah. Nana lagi diluar juga. Nana kan cari ayah. Kirain disaung kayak biasa." jelas Nana malas.
"Kamu tuh aneh! Dimana-mana cari tuh dirumah dulu, bukan malah diluar. Maen mulu sih ! Udah tau ayah dirumah. Pake tuh ilmu disekolah. Kayak gini aja ga tau." ceramah ayah.
"tapi Nana udah cari ayah ! Smsnya juga baru masuk jam 10. Hp Nana kan mati gara-gara tadi abis batreinya." balas Nana dengan nada tiggi, ia tetap melihat tv sambil menggonta ganti chanelnya, Aku tau ada rasa takut dibalik sikapnya.
"kalo ngomong sama orangtua yang bener !" ayah membentak sambil mematikan tv dengan kasar. Bentakan itu sampai terdengar olehku dikmar, tak perlu pakai mic lagi.
"terserah deuh."
Nana pergi meninggalkan ayah dan langsung kekamar. Sayup-sayup masih terdengar ocehan ayah diluar.
"heran gu punya anak pada kurang ajar. Ngapain disekolahin dan dingajiin kalo kayak gini ! Awas lu pada semua. Gu bodo amat besok mau pada sekolah pake apa ! Mau makan pake apa ! Puasa aja semua ! Seharusnya hari ini tuh gu dapat kerjaan buat makan kalian juga . Tapi ini gu punya anak yang 1 main mulu,,yang 1 tidur mulu,,yang 1 males. Ga ada yang berguna!" ceramahnya marah-marah, Aku tau ia berbicara pada kami. Hanya ada aku, Nana, Ka Ian dan umi dirumah. Sedangkan ka Rama seperti biasa slalu pergi ntah kemana. Umiku dengan sabar mencoba menasihati ayah.
"udah. Jangan marah-marah. Mungkin emangg belum rezeki."
"udahlah. Pusing gu. Gu mau makan." ucap ayah sambil memerintah. Umi yang sedang membuatt bahan untuk sambal segera menyiapkan makan untuk ayah. Menu kami hari ini hanya tempe dikecapin, sambal dan kerupuk emping. Ini malah lebih dari cukup jika kau mengetahui bahwa ayah sudah tak bekerja beberapa miggu yang lalu.
Umi sudah akn mrnyiapkan nasi untuk ayah, namun saat mrmbuka rice cooker. Ia menaruh kembli piring yang sedari tadi ia pegang untuk menaruh nasi.
"nasinya abis. ." ucap umi, ayah yang masih darah tiggi menghampiri umi.
"Udahlah. Mugkin emang ga pada mau makan kali jadi ga ada yang masak. Gu punya anak harus pada disuruh mulu ! Kalo orangtua lu udah mati baru pada tau nanti ! Awas ya . Jangan ada yang makan hari ini ! Biarin. Jangan msak nasi. Awas kalo ada yang ketauan makan atau masak nasi, keluar aja dari rumah!" ucap ayah marah-marah,,jelas terdengar olehku, adikku, ka Ian, umi dan ka Rama yang baru saja datang dan nyantel dipintu dapur. Semua diam.
Ayah mengambl beras didapur dan dia bawa kekamarnya. Ia juga membawa sekaligus rice cookernya untuk memastikan tak ada yang memasak. Sungguh lucu keluargaku ini ! Hebat !
Lalu ayah masuk kekamar dan diam disana. Mungkin ia tidur.
Aku, Nana, ka Ian, ka Rama dan umi berkumpul dikamar ka Ian dan ka Rama. Umi mulai menceramahi kami. Ia menghentikan aktivitas memasaknya, padahal ia sedang memasak sambal kesukaanku. Mungkin dirasanya sia-sia saja melanjutkan.
"makanya kalo ada apa-apa tuh langsung bilang. Udah tau ayah kalian tuh emosinya tiggi gara-gara ga kerja lagi. Kalo gu ga kerja, kalian tuh ga bisa makan. Gu tuh udah sabar. Kalian jangan buat masalah sama ayah atuh. Lain kali masak nasi kalau mau abis jangan nunggu abis." ceramahnya, terlihat raut sedih dibalik guratan matanya. Ia terlihat letih, bukan hanya karena ia bekerja dari pagi tapi juga karena ia harus memasak dan mengurus kelurga ini.
"tadi mah masih ada mi." ucap ka Ian lagi.
"ya kalau tinggal dikit masak aja. Siapa aja deh kalau umi belum pulang."
"si Rama tuh yang terakhir." ucap ka Ian lagi.
"kok gu sih ? Gu juga ga tau. Bibi kali tuh minta nasi .tadi gu liat dia kesini." balas ka Rama membela diri.
"alah. Alibi. Bibi tuh kesini ambil es batu. Emang gu ga tau. Gu tuh tau lu kayak gimana, kalau makan lupa nutup rice cooker dan lupa nutup laci tempat makanan. Udah tua sih ! Lebih-lebih dari umi." timpal ka Ian, ia memang tak mempunyai hub. Yang harmonis dengan ka Rama gara-gara dulu ia meminjam hp tuk sms tak diberi dan gara-gara aku ingin mengetik dikomputer pun tak diberi. Tapi aku mengerti karena mungkin ka Rama sedang ada kerjaan. Namun bagi ka Ian itu hal mengkejikan. Ia selalu bertengkar. Itulah mereka. 2 orang yang mempunyai sifat berbeda dan bertentangan, sama-sama pengangguran dan tidak sempat melanjutkan sekolah di sma. Kaka Ian sebenarnya dulu pernah bekerja tapi ia keluar karena tidak betah, sementara ka Rama lebih memilih bekerja dirmh dengan membetulkan alat-alat elektronik seperti ayah. Mereka mulai bertengkar hebat semenjak ka Ian dirumah, setiap malam selalu saja ribut sampai aku yang sedang tdur terbangun. Sampai ayah dan umi yang sedang tidur terbangun dan marah-marah melihat k'2 anak yang mereka ajari sejak kecil sedang bertengkar.
"bkannya ga mau tapi gu lagi sms. Bentar atuh."timpal ka Rama.
"alah. Bilang aja lu ga mau minjemin. Dasar ga tau diri ! Emang tuh hp ada gara-gara siapa ? Kalo ga ada gu tuh hp ga ada di lu. Gu tabok juga lu." ka Ian malah melangkah mendekati ka Rama dengab tangannya mengepal, aku melihatnya dari balik tirai kamar.
"ada apa ini ?" ayah keluar kamar menghampiri mereka,.ada umi disampingnya.
"ini ni sialan si Rama. Ian pinjem hp aja ga boleh padahal mau sms 1 kali doang."jelas ka Ian dengan sinis melihat ka Rama. Ka Rama tak mau kalah.
"ga gitu. Iannya aja ga mau sabar nunggu."
"alah. Bulsyit lu . Klo bukan karena lu adik gu,,gu udah bunuh lu !" ucap ka Ian sembarangan, hampir memukul ka Rama. Namun dicegah oleh ayah.
"kalian tuh udah gede. Jangan kayak anak kcil. Ayah udah pusing malah ditambah pusing ! Udah jangan berantem. Awas kalian berantem lagi ! Keluar aja dari rumah"jelas ayah.
"Ian jangan ngomong sembarangan. Udah pada tidur." tambah umi, tak ada suara lagi. Aku krmbali kekasurku. Disampingku ada Nana yang tertidur pulas. Aku menundukkan kepala, air mataku mulai menetes 1 per 1. Tuhan. . .inikah hidupku. Masalah silih berganti dihidupku. Masalah ini menggerogoti otakku. Masalah keluarga, masalah sekolah dan masalah pribadiku sendiri. Tuhan. .aku tak mengerti. .aku harus bagaimna. .
**
Ka Rama masih tetap membela diri, sementara ka Ian tetap menyalahkan ka Rama karena ia telat memberitahu ayah tentang temannya ayah itu padahal dia satu-satunya orang yang paling mungkin untuk mrmberitahu ayah yang sedang dirumah, tapi karena ia tidur jadi semua telah usai. Sementara masalah nasi, ia lah yang makan terakhir dan tak bilang apa-apa. Kalau umi tidak memisahkan mereka pastilah mereka bertengkar hebat dan akan menambah masalah dan amarah ayah.
"sudah. Kalian ini kan sudah besar. Jabgan seperti ayah kalian. Malu sama tetangga."ucap umi lembut. Kami terdiam.
"Tasya. kamu punya mie yang waktu senin kemarin ga jadi puasa kan? Makan saja itu."
"tapi nanti ketauan ayah. . ."
"ayah pasti tidur dikamar."
"baiklah. ." kataku dengan pelan dan hati-hati mulai mennyalahkan kompor dan memasak mie. Sungguh gila ! Aku bersikap sepeti pencuri dirumahku sendiri. Setelah mie selesai dibuat, aku membawanya kekamar.
"umi mau ga ?"tawarku pada umi yang sedang menonton tv.
"ga usah. Kalian bertiga aja yang makan."jawabnya. Aku tau ia lapar tapi ia menahannya. Aku sedih melihatnya. Lalu mie 1 mangkuk kecil itu aku makan bersama Nana  dan ka Rama, sedangkan ka Ian tak ingin karena merasa sudah kenyang. Jujur saja aku pun sudah kenyang dengan semua masalah ini, tapi besok aku akan menghadapi ujian jadi harus makan. Mie 1 mangkuk kecil itu habis dengan cepat oleh kami bertiga, karena tanpa nasi, mie itu hanya pegganjal perut.
Malam pun datang dengan sinarnya yang redup. Ayah masih mengurung diri dikamar, sementara aku berusaha menghilangkan penat dengan belajar untuk ujian esok. Namun tak guna. Karenanya aku mulai melangkah lagi. Jam menunjukkan pukul 1 malam,, Aku mengambil air wudhu dan shalat tahajud. Didalam sujudku, aku kembali menangis. Memohon pertolongan Allah atas masalah dalam hidupku. Mempermudah semua ini. Beri kesabaran dalam keluargaku. Beri ayah pekerjaan untuk menghidupi keluarga kami, beri ka Ian pekerjaan untuk membantu ayah, beri ka Rama pekerjaan untuk membantu ayah juga. Bukankah mereka anak lelaki ? Mugkin sulit bagi mereka karena mereka tak punya ijazah sma, tapi tidakkah semua perlu usaha dan doa. Oh Tuhan. Begini sulit kehidupan keluargaku. Lagi-lagi masalah uang. Semenjak ayah dan  ka Ian tak bekerja. Umilah yang berusha banting tulang untuk makan dan ongkos sekolahku dan adikku. Sykurnya aku dapat beasiswa jadi meringankan beban umi dalam membayar iuran sekolahku. Terkadang aku memakai uang tabunganku untuk ongkos jika umi tak ada uang lagi. Rasanya aku ingin cepat-cepat lulus, lalu bekerja dan akan ku gant8kan peran umi itu. akan ku biarkan ia beristirahat dan akan ku berikan ia bahagia dari uang yang ku dapat sendiri. akan ku biayai sekolah adikku dan tak peduli jika ka Ian, ka Rama atau bahkan ayah tak bekerja. jika memang nanti aku sudah bekerja dan punya penghasilan lebih dari cukup akan ku biayai mereka semua. biar aku tak dikalahkan lagi dengan uang. biar uang tak selalu jadi hambatan dari masalah keluargaku.

Atau mungkin lebih nyaman tinggal dilangit yang tenang,,yang tiada terdengar hiruk pikuk kedengkian. .
Ya Allah. . .andai aku punya cukup bekal, maka aku bersedia dipanggil olehmu sekarang juga. Pergi dari masalah hidup ini. Dan aku ingin bertamu pada Mu. Berbicara dan berbincang tentang hidup tentang surga dan neraka.
Apa arti hidup ini ya Allah ? Masalahku ada dalam hidupku. .
Masalahku adalah penantangku. .
Dia dinding kegagalan hidupku. .
Ya Allah. Sesungguhnya musuhku itu siapa ? Syetan atau masalah ? tapi ku rasa keduanya. .
Ya Allah. Masalah dihidupku. .biarkanlah ia terbang perlahan dari memoriku. Biarkan ia mengalir menuju samudra biru. Aku ingin menghilangkan semua penat ini ya Allah.
Maafkan aku selalu mengeluh,,tak pernah bersyukur atas nikmat Mu. Aku tau ada yang lebih parah hidupnya dariku. Ada yang lebih sulit hidupnya dari hidupku. Tapi ntah mengapa aku merasa semua sulit ya Allah. Tapi aku tahu engkau tak pernah memberi cobaan jauh diluar jangkaun kemampuan hambaMU. Karenanya ya Allah. Beri aku kekuatan, ketegaran untuk menghadapi setiap masalah dalam hidupku. Masalah yang telah menjadi sahabat dalam hidupku. Mendarah daging dalam diriku. Jangan biarkan aku diperbudak masalah, biarkan aku yang menghadapi maslah dengan bantuanMu. Engkaulah pemilik masalah, dan aku adalah penikmat masalah. Dan hanya padaMu tempatku mengeluh, tempatku kembali. Karena Engkau Tuhanku, Engkau Sahabat sejatiku, Engkau kekasih sejatiku, tak ada yang memahamiku selain diriMu. Engkau yang maha tahu. Engkau yang paling mengerti aku. .

Dan aku pun kembali terlelap setelah selesai shalat dan mengaji beberapa ayat Al-Quran . Menenangkan hatiku. ku harap esok akan lebih baik dari kemarin. semoga tiap masalah ini mengajariku untuk lebih mendekatkan diri pada Mu..
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar